Minggu, 29 Juni 2014

VARIASI BAHASA JAWA PADA KOMUNITAS SAMIN DI DESA TANDURAN KECAMATAN KEDUNGTUBAN KABUPATEN BLORA



Penggunaan bahasa Jawa pada komunitas Samin
Desa Tanduran, Kabupaten Blora adalah sebuah desa yang sebagian masyarakatnya masih beraliran Samin. Walaupun sebagian penduduknya sudah berpaham Islam dan lebih modern, namun masih banyak dari sebagian masyarakatnya yang berpaham Samin atau Sikep. Bahasa yang dugunakan serta adat istiadat dan budaya masyarakat Samin berbeda dengan masyarakat lainnya. Terutama bahasa yang digunakan.
Pembahasan ini akan mendeskripsikan data-data aktual yang dapat diperoleh dari narasumber dan wawancara terhadap masyarakat Samin.
1.      Bahasa dan pandangan hidup
Pemakaian bahasa Jawa Samin yang mencerminkan hubungan bahasa dengan pandangan hidup misalnya:
a.       Sahadat pengantin: wit jeng nabi, kula lanang damel kula rabi tata jeneng wedok pangaran …..,  kukuh dhemen janji buk nikah mpun kula lakeni.”
       Artinya : sejak nabi yang mulia, saya seorang laki-laki, pekerjaan saya memperistri perempuan, mengatur perikehidupan perempuan yang bernama …... sudah berjanji setia, sudah tidur bersama.”
b.      Ada ajaran: sajrone agama ana rasa, rasa sejati sejatine rasa, rasa sejati awujud banyu.
       Artinya : didalam agama ada rasa, rasa yang memang benar rasa, dan rasa yang berwujud air.
c.       Istilah lain Agama Adam yaitu Agama Lanang. Sembahyang merupakan akronim dari mesem karo grayang-grayang di senthong.

2.      Bahasa dan cara memandang kenyataan
Yang termasuk dalam konsep ini yaitu cara memandang kenyataan terungkap seperti:
a.       sabar yaitu sabar
        trokal yaitu tawakal.
          Contoh pengucapan           : Sabare dieling-eling, trokale dilakoni.
          Artinya                               : Sabarnya diingat-ingat, tawakalnya dilakukan.
b.      Sandhangan yaitu raga atau hidup, salin sandhangan yaitu mati.           

3.      Bahasa dan struktur pemikiran
Berkaitan dengan konsep ini orang Samin menyatakan bahwa.
a.       Tidak mau membayar pajak, dengan alasan lemah-lemahe dhewe kon bayar pajek, tetapi dimintai sumbangan.

4.      Bahasa dan perubahan dalam masyarakat
Konsep ini tercermin pada istilah yang sering disebutkan seperti:
(a)   Nyamin, saminisme yaitu berbuat seperti orang Samin, paham ajaran Samin.
(b)   Pernikahan (kawin Samin, kawin tumpeng, kawin modin/pemerintah)

Variasi  dialek komunitas Samin :

1.             Nayoh
Nayoh adalah salah satu kata yang digunakan kmunitas samin yang tidak dietahui oleh masyarakat awam. Nayoh berarti mudah atau gampang.
Contoh : “Poso nek mok ora mangan ngombe ngono tok ya nayoh”
               “Puasa kalau hanya tidak makan minum gitu  aja ya gampang”

2.        Mbaleg
Variasi bahasa komunitas samin memang beragam. Salah satunya kata mbaleg. Yang berarti pinter atau mahir.
Contoh : “Nek mok ora mangan ae aku ya mbaleg.”
              “Kalau hanya tidak makan saja aku ya mahir.”


3.             Jak’e
Salah satu variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat komunitas samin yaitu jak’e. Kata ini diartikan sebagai kata tolong.
Contoh : “Jak’e lungguhen kana ! “
             “Tolong duduklah disana !”

4.             Thil
Thil adalah kata yang digunakan juga oleh masyarakat komunitas samin. Thil diartikan sebagai ambil.
Contoh : “Jak’e Thil’na rokok kae le !”
              “Tolong ambilkan rokok itu nak !”

5.             Sicok
Penggunaan kata sicok pada komunitas samin ini menjadi ciri khas tersediri. Sicok berarti satu.
Contoh : “Jak’e thil’na rokok sicok le !”
                   Tolong ambilkan rokok satu nak !”

6.             fonetis “Eh”
Contoh     :
mulEh  = mulIh
putEh = putIh

7.             fonetis “Oh”
Contoh     : 
lunggOh          =  lunggUh
rusOh              =  rusUh
                                                                       
8.             enklitik “mu”
Contoh     :
Bapakem         = Bapakmu
Seganem          = segamu

9.             unsur leksikal khas
Contoh         :   adang akeh berarti punya hajat
rukun kula berarti suami/istri
salin sandhangan berarti mati


Variasi penggunaan bahasa Jawa pada Komunitas Samin
Berdasarkan uraian terhadap beberapa aspek kehidupan masyarakat Samin pada pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa variasi kebahasaan yang khas dalam masyarakat Samin dilatarbelakangi oleh kondisi sosial (budaya) yang khas pula. Munculnya leksikon-leksikon relik dalam bahasa Jawa Samin membuktikan bahwa masyarakat Samin hanya secara fisik terlihat hidup di tengah-tengah masyarakat Jawa namun sebenarnya terpisah secara sosial-budaya. Kondisi sosial (budaya) yang berupa tindakan, sikap hidup, dan tuturan yang dihasilkan ini hendaknya menjadi perhatian pemerintah daerah dalam menerapkan kebijakan di wilayah tempat tinggal komunitas Samin. Dengan pemahaman semacam ini diharapkan tidak ada lagi kebijakan seperti pemaksaan anak-anak Samin menuntut ilmu di sekolah formal yang mengakibatkan depresi dan rasa malu pada orangtua di komunitas Samin karena merasa gagal mendidik anak.
Bahasa Samin atau Sikep Dalam hubungannya dengan Kepercayaan

1.      Samin : ”Agama iku gaman, Adam pangucape, man gaman lanang.”
  (agama adalah senjata, senjata orang laki-laki) Mengenai definisi agama, komunitas samin mempunyai pandangan berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumya. Dalam hal ini orang Samin atau Sikep mengartikan agama bukan sebagai keyakinan atau kepercayaan, tetapi pengertian agama menurut mereka adalah man lanang (penis). Dengan demikian dapat dimengerti jika orang Samin mengatakan bahwa aktivitas sembahyang adalah melakukan hubungan seksual dengan istrinya.
2.      Aktifitas sholat oleh masyarakat Jawa dimaknai sebagai tindakan menghadap Tuhan. Tetapi dimaknai lain oleh suku samin.
sholat solah’é ilat (gerakan lidah).
Berdasarkan ungkapan ini mengacu pada pandangan hidup masyarakat Samin yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Orang Samin berpendapat bahwa manusia yang baik adalah manusia yang bisa menjaga lidahnya dari segala perkataan tidak jujur.
3.      Masyarakat pada komunitas ini tidak menganut satu agama saja, merka menganut semua agama yang ada di Indonesia. Islam, Kisten, Katolik, Hindu, Budha semuanya dianggap benar. Jadi mereka menganut kelima agama tersebut.
Islam               : Slamet
Kristen            : Tresna barang sing tenan
Katolik            : Merga duwe karep
Hindu              : Awit dadine rejo.
Budha                         : lanang wadon gathuk dadi budi
4.      Mereka tidak mengakui bahwa puasa itu dilakukan selama 30 hari. Menurut mereka puasa itu harus selama hidup meeka dengan pedoman “Aja jengris rei dapen kemeren bedhag colong cukil jumput kao sakliya sepadane” menurut mereka puasa tidak hanya dilakukan dengan tidak makan dan minum melainkan dengan tidak iri dengan orang lain, dan tidak megambil barang milik orang lain.


Bahasa Samin atau Sikep Dalam Hubungannya antara manusia dengan manusia Serta Kekerabatan
Percakapan 1.
Orang biasa     : “ Nembe nyapu nggih bu?”
                           (lagi nyapu ya bu?)
Orang Samin   : “ Wis roh lagi nyapu ngono kok takok.”
                           (Sudah tahu lagi nyapu kok nanya.)
Berdasarkan contoh percakapan diatas dapat dilihat bahwa kata-kata dalam bahasa orang Samin atau Sikep menimbulkan kesalahpahaman serta kesalahpengertian bagi orang biasa yang sedang berbicara dengan orang Samin atau Sikep.
Percakapan 2
Orang Biasa    :  “Aku njaluk banyumu!”
(Aku minta airmu)
Orang Samin   : “ Aku ora nduwe banyu, sing nduwe bumi.”
                           (Saya tidak punya air, ini air milik alam.)
            Berdasarkan contoh percakapan diatas, dapat dilihat bahwa masyarakat pada komunitas Samin mempunyai keyakinan bahwa manusia hanya dapat memanfaatkan sumber daya alamnya saja, tetapi tidak dapat memilikinya.
Orang-orang Samin sendiri tidak senang dengan sebutan Samin karena dikonotasikan dengan hal-hal negatif sehingga orang Samin lebih senang menyebut dirinya wong Sikep. Istilah sikep juga dikaitkan dengan kata sikep rabi atau hubungan  seks sebagaimana terlihat dalam”ngepyakké wiji isiné manungsa sing sakbeneré” menebarkan benih yang berisi manusia yang sebenarnya. Ungkapan ini tidak terlepas dari kondisi sosial masyarakat Samin yang lekat dengan dunia pertanian sehingga untuk menyatakan hubungan seks digunakan istilah ”menebarkan benih” sebagaimana lazim terjadi pula didunia pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar